Pada hari Senin, 12 Agustus 2024, Pascasarjana IAIN Ponorogo mengadakan kegiatan benchmarking ke Pascasarjana UIN Walisongo Semarang. Acara ini dimulai pukul 11.30 WIB, dengan dihadiri oleh empat orang perwakilan dari IAIN Ponorogo dan delapan orang dari UIN Walisongo. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali wawasan mengenai pengelolaan Program Doktor (S3) Studi Islam, terutama dalam rangka persiapan pembukaan Prodi S3 Studi Islam di IAIN Ponorogo.
Dr. Muh. Tasrif, Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo, mengungkapkan bahwa bulan ini Pascasarjana IAIN Ponorogo telah mendapatkan kejelasan mengenai pembukaan Prodi S3 Studi Islam. Pada tanggal 7 Agustus 2024, Prodi S3 Studi Islam IAIN Ponorogo telah terdaftar di PDDIKTI, dan kini menunggu izin dari Kementerian Agama. Dalam konteks ini, Pascasarjana IAIN Ponorogo ditugasi untuk melakukan berbagai persiapan, dengan fokus utama pada penyusunan kurikulum. Benchmarking ke UIN Walisongo dilakukan untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut tentang proses pengelolaan kurikulum Prodi S3 Studi Islam, terutama terkait dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 53 Tahun 2023.
Dalam kata sambutannya, Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat dan antusias dari pihak UIN Walisongo. Direktur juga memperkenalkan anggota tim dari IAIN Ponorogo dan menyampaikan ucapan selamat kepada Prof. Mukhyar yang baru saja dilantik sebagai Direktur Pascasarjana UIN Walisongo. Prof. Mukhyar dan Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo pernah bersama-sama menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga.
Sementara itu, Direktur Pascasarjana UIN Walisongo, Prof. Mukhyar, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran rombongan dari IAIN Ponorogo. Beliau juga memperkenalkan yang hadir, antaranya Wakil Direktur, Dr. Nasihun, Prof. Raharjo, Dr. Agus Nurhadi, Ibn Fikri, dan Ibu Widi Astuti yang sedang menempuh studi S3 di Yogyakarta. Prof. Mukhyar membagikan pengalaman terkait pengelolaan Pascasarjana, menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara idealitas dan realitas. Beliau menjelaskan bahwa pengalaman UIN Walisongo Semarang menunjukkan perlunya perhatian terhadap aspek-aspek praktis dalam pengelolaan program doktoral, seperti perencanaan manajemen, pengelolaan mahasiswa, dan kurikulum.
Prof. Mukhyar berbagi insight bahwa mengelola Pascasarjana seringkali memerlukan pendekatan yang lebih realistis dibandingkan dengan sekadar teori. Misalnya, UIN Walisongo menerapkan program percepatan penulisan disertasi di hotel untuk mengatasi masalah mahasiswa yang mengalami keterlambatan penyelesaian studi. Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa kecepatan lulus tidak selalu berhubungan langsung dengan kecerdasan mahasiswa, melainkan juga dengan manajemen yang efektif.
UIN Walisongo menerima mahasiswa baru dua kali setahun, pada bulan Juli dan Desember, dengan jumlah sekitar 120 mahasiswa per tahun. Prof. Mukhyar juga menyebutkan tentang kurikulum yang berlaku, di mana disertasi diberi bobot 21 SKS dalam kurikulum terbaru, dan menekankan pentingnya menyederhanakan kurikulum agar lebih berfokus pada riset dan penyelesaian disertasi.
Dalam sesi diskusi, Wadir Pascasarjana UIN Walisongo, Dr. Nasihun menjelaskan lebih lanjut mengenai kurikulum, menekankan perlunya penyesuaian dan evaluasi terus-menerus untuk mencapai efektivitas dalam proses pendidikan doktoral. Diskusi ini melengkapi hasil benchmarking IAIN Ponorogo ke UIN Sunan Kalijaga sebelumnya
Acara benchmarking ini dapat memberikan wawasan berharga bagi Pascasarjana IAIN Ponorogo dalam mempersiapkan Prodi S3 Studi Islam, dan memperkuat kerja sama antara kedua institusi. Berikut catatannya
- Pengelolaan Pascasarjana: Idealitas vs. Realitas
Mengelola program pascasarjana dalam konteks pendidikan tinggi memerlukan kemampuan untuk menjembatani idealitas akademik dengan kebutuhan pasar. Pengelola program pascasarjana harus mampu menyeimbangkan antara idealisme dosen dengan tuntutan pasar agar pengelolaan tidak hanya efektif tetapi juga relevan. Penting untuk mengintegrasikan keinginan pasar dengan tujuan akademik guna menciptakan program yang tidak hanya berkualitas secara akademis tetapi juga berdaya saing di pasar tenaga kerja.
- Tingkat Kelulusan dan Solusi
Dalam tujuh tahun terakhir, tingkat kelulusan program S-3 hanya mencapai 30% dari total mahasiswa. Analisis menunjukkan bahwa ada tiga faktor penyebab utama masalah ini: kualitas input mahasiswa, masalah pada institut, atau kelemahan dalam pengelolaan program. Sebagai solusi, diadakan pertemuan bulanan di hotel sebagai bagian dari strategi “karantina” untuk membantu mahasiswa menyelesaikan disertasi. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan intensif kepada mahasiswa dalam proses penulisan disertasi, sehingga meningkatkan tingkat kelulusan.
- Penerimaan Mahasiswa Baru
Program S-3 menerima mahasiswa baru dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Selama beberapa tahun terakhir, terdapat tren peningkatan signifikan dalam jumlah penerimaan mahasiswa baru, dengan angka yang berkembang dari 8 mahasiswa, menjadi 12, 40, 60, hingga mencapai 120 mahasiswa. Peningkatan ini menunjukkan minat yang semakin besar terhadap program S-3 dan efektivitas strategi pemasaran dan perekrutan yang diterapkan.
- Kurikulum dan Penyederhanaan
Kurikulum yang diterapkan saat ini adalah Kurikulum 2022, yang dirancang untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yang dinilai terlalu kompleks dan menyebabkan disorientasi keilmuan. Kurikulum baru dirancang agar lebih sederhana dan praktis, memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi dengan lebih cepat. Disertasi sekarang terdiri dari 21 SKS yang dibagi dalam beberapa mata kuliah, yaitu komprehensif, ujian proposal, ujian tertutup, dan ujian terbuka. Fokus utama dari kurikulum ini adalah memfasilitasi studi mandiri yang lebih efisien.
- Pembimbingan Disertasi
Proses bimbingan disertasi melibatkan dua pembimbing, yaitu Promotor dan Co-promotor. Setidaknya satu dari kedua pembimbing harus memiliki keilmuan yang relevan dengan topik disertasi. Hal ini diharapkan dapat memberikan bimbingan yang lebih spesifik dan mendalam, serta meningkatkan kualitas hasil penelitian mahasiswa.
- Konsentrasi dan Mata Kuliah Penciri
Program S-3 Studi Islam menawarkan berbagai konsentrasi yang dapat dipilih oleh mahasiswa, selama disertasi terkait dengan tema Islam. Ada satu mata kuliah penciri yang relevan, yang dapat diambil baik di kampus maupun di institusi lain. Mahasiswa memiliki dua cara untuk mengambil mata kuliah dari institusi lain: secara langsung (person to person) antara mahasiswa dan dosen, atau melalui manajemen institusi (manajemen ke manajemen) antara pascasarjana atau dekan. Fleksibilitas ini memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih beragam dan mendalam.
- Persyaratan Akademik
Untuk diterima dalam program S-3, mahasiswa diharuskan memenuhi beberapa persyaratan bahasa dan akademik, yaitu: kemampuan bahasa Arab dengan skor minimal 375, TOEFL dengan skor minimal 500, serta publikasi artikel ilmiah dalam jurnal internasional. Persyaratan ini dirancang untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki kompetensi bahasa dan penelitian yang memadai untuk menyelesaikan program S-3 dengan sukses.
Kesimpulan
Benchmarking pengelolaan program S-3 Studi Islam di IAIN Ponorogo dan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang menunjukkan bahwa perlu diterapkan berbagai strategi efektif untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi program. Peningkatan dalam penerimaan mahasiswa, penyederhanaan kurikulum, dan pendekatan bimbingan disertasi merupakan langkah-langkah positif yang harus diambil untuk mencapai tingkat kelulusan yang lebih baik dan relevansi akademik yang lebih tinggi. Dengan terus mengadaptasi dan memperbaiki proses berdasarkan hasil evaluasi, diharapkan program S-3 ini dapat terus berkembang dan memenuhi kebutuhan mahasiswa serta pasar.